Halaman

Rabu, 23 Oktober 2013

Dibalik Tirai Cinta

Oleh : Muslim El Hayman

       foto muslimCinta, mengubah segalanya menjadi diluar logika, terkadang ia adalah jelmaan kebahagiaan namun dalam sekejab ia berwujud luka tak terperikan. Berawal dari cinta, seseorang berubah dari kebiasaan yang sudah mendarah daging dalam hidupnya berbalik seratus persen dari kebiasaan tersebut, beruntung jika perubahan itu adalah kebahagiaan bagi orang lain, namun tak sedikit juga perubahan karena cinta itu menyengsarakan hidup orang lain. Cinta tak mengenal pada siapa iya harus mendaratkan perasaan kasmarannya; dosenkah ia, mahasiswakah ia, tua-muda, teman akrab, bahkan musuh sekalipun tak luput dari landasan pacu pesawat “cinta”.
            Jika cinta sudah menemukan persemayaman abadinya, maka tak perlu merasa risau akan keadaan, tak perlu risau akan masa lalu, karena cinta mampu mengubah segalanya menjadi baru, seperti matahari yang terbenam diufuk barat dan kemudian muncul kembali di ufuk timur dengan ditemani  embun di rerumputan berkabut putih nan lembut. Dendam karena perlakuan yang tak senonoh sebelumnya, yang didapatkan juga mampu di ubah hanya dengan senyuman dari orang yang kita cintai menjelma sempurna memikat hati, lalu kemudian semua perlakuan tak senonoh itu terasa tak pernah terjadi.
            Setiap kalimat terasa hidup jika rangkaian kata-katanya menjelma dari bibir indah sang kekasih, maka tak heran jika ia mampu mengubah setiap kebiasaan, seolah menghipnotis pendengarnya, maka dalam sekejab langit mendung terasa berawan. Jika sebelumnya ia seorang  yan keras dalam tindakan, maka karena cinta ia bisa berubah menjadi lembut bagaikan salju di antartika sana. Namun tak mustahil juga, keadaan berbanding terbalik dari semula; karena cinta seseorang berubah kasar dan siap mencakar jika cintanya terasa dikhianati, segala apapun akan dilakukan demi meraih cinta yang diharapkan, meski dengan mengorbankan orang yang ia cintai tersebut, sehingga dalam hidupnya terucap satu kalimat : jika aku tak mampu memilikinya,maka tak akan satu pun yang bisa memilikinya. Memang aneh, namun itulah kenyataannya. Seperti kata mereka; tanpa mu aku lemah, kau berikan aku cahaya penguat raga, untuk dirimu kan ku berikan hidup ku, kau yakin kan aku ini bukanlah mimpi, namun cerita cinta yang benar adanya.
            Perjalanan panjang kisah cinta yang pernah aku jalani, berliku-liku kisah pilu terus saja menerpa, namun kini kisah itu berakhir dengan air mata berderai membasahi pipi, seolah tak percaya dengan kisah yang pernah ia mulai, namun sejarah telah tercipta sebagai bukti penguat fakta. Berawal dari sebuah pandangan dalam forum perbekalan mahasiswa baru, hingga akhirnyaa berkenalan disudut jalan kampus. Lalu, kisah itu dimulai dengan segala problema yang ada. Keikhlasan dan kesetian diuji untuk kesungguhan memulai sebuah hubungan sepasang anak manusia.
            Waktu terus berlalu, hubungan itu pun terus berlanjut. Namun kisah itu tak berjalan sesuai dengan harapan, seperti kebanyakan orang yang pertama mencintai dalam hubungan yang baru dimulai, sedianya ia harus berjalan dengan kebahagian, sejatinya tak pernah ada yang dipersalahkan karena seharusnya hubungan itu adalah jelmaan kebahagiaan, jika tak berlebihan boleh dikatakan “Dunia milik berdua, dan manusia lainnya adalah penyewa didalamnya” seolah itu wajib dirasakan dan diucapkan oleh sepasang anak manusia yang sedang kasmaran.
            Tapi apa hendak dikata, kalimat itu tak pernah benar-benar terwujud dalam hubungan itu, yang tercipta hanyalah usaha untuk bersabar dengan setiap keadaan, yang terjadi hanyalah usaha untuk merubah kalimat berapi menjadi salju demi mempertahankan kelanjutan hubungan yang telah dibina.
            Hingga akhirnya semua terungkap bahwa kisah cinta yang dimulai dahulu hanyalah pelarian dari keadaan sebelumnya, dengan deraian air mata sang gadis menjelaskan alasan kenapa iya mau memulai hubungan itu “ aku hanya ingin membalaskan dendam yang sudah ku pendam bertahun-tahun” kalimat itu yang mengalir dari dua bibir dan terdengar jelas dikuping ini, “ Namun kini kusadari” lanjutnya, sementara aku terdiam dalam tanya kalimat apa yang akan terucap berikutnya, meski gejolak batin ku berubah rasa “ bahwa cinta mu tulus apa adanya, dan aku ingin memulai hubungan ini dengan sungguh-sungguh  dengan mu, mau kah kamu melanjutkan hubungan ini setelah tahu yang sebenarnya?” kalimat itu berakhir dengan tetesan air mata yang menyiratkan ketulusan  apa adanya.
            “ aku bersedia, karena cinta yang telah ku tanam akan tetap bersemayam selamanya” spontan kata-kata itu terucap dari bibir ku, sekejab menjadi hening, tanpa kata, tanpa suara, hanya deru angin yang berlalu menyela diam. Perjalanan kisah itu ternyata tak berakhir disitu, waktu demi waktu yang dilalui dihari-hari berikutnya menuai bencana yang tak kalah menyiksa. Deraian air mata seolah teman setia dalam perjalanan kisah dari masa ke masa, satu persatu kebohongan mulai terbongkar setelah kejadian di awal percintaan, namun aku terus saja berusaha memantapkan diri dengan kesabaran berhiaskan luka dan kecewa. Terus bertahan dari waktu ke waktu.
            Entah karena terlalu lelah dan frustasi dengan semua permasalahan yang ada, dengan setiap kebohongan yang telah nyata. Hingga akhirnya rasa itu berada pada titik nadir, aku bagaikan hilang kesadaran dari tujuan menjalin cinta, perlahan tapi pasti kepercayaan ku mulai hilang dari nya. Cinta ini pun sudah tak sama lagi seperti sedia kala, berangsur-angsur rasa ini mulai terkikis dengan sendirinya. Namun dalam waktu yang bersamaan itu pun ku merasakan ketulusan cinta darinya, tapi apa hendak dikata “ Garamku sudah tak asin lagi” begitu juga cinta ini, ia tak lagi menjelma dalam ketulusan.
            Semua itu tak lantas berakhir, kami masih menjalin kisah rumit itu untuk waktu-waktu selanjutnya, namun sejengkal demi sejangkal keratakan tak dapat dihindari, hubungan kami tak berjalan mulus seperti yang diharapkan. Kisah itu menemui ajalnya, setelah sekian kali berpisah-bersatu, kini ia benar-benar berakhir. Semua menjadi kenangan semua tinggal pengalaman. Meski tak ku pungkiri bahwa ada secercah rasa yang tetap tersimpan hingga kini, namun ia tak mungkin di wujudkan kembali.
            Kisah itu sudah usai, dan kini aku dalam kesendirian menjalani hidup bersama cinta ku untuk waktu yang entah kapan. Biarkan semua terjadi apa adanya, meski kini ku tahu kau ingingkan ada kalimat “kembali” untuk cinta kita dahulu, namun itu sudah tak mungkin dimulai walau hanya sedetik saja. Biarkan pesawat cinta itu menemui landasan pacunya di Bandara yang lain, walau tak pernah ada kepastian apakah ia akan menemukannya.
“bila cinta tak lagi bermakna, yang kurasa kini hanyalah nestapa. Ditinggalkan cinta masa lalu, hingga ku memilih cinta yang fana”, biarkan cinta ku mejelma bagaikan bait-bait syair itu, hingga ia menuju kepelabuhan cinta selanjut.
Banda Aceh, 27 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar