Oleh : Muslim El Hayman

Jika cinta sudah menemukan
persemayaman abadinya, maka tak perlu merasa risau akan keadaan, tak
perlu risau akan masa lalu, karena cinta mampu mengubah segalanya
menjadi baru, seperti matahari yang terbenam diufuk barat dan kemudian
muncul kembali di ufuk timur dengan ditemani embun di rerumputan
berkabut putih nan lembut. Dendam karena perlakuan yang tak senonoh
sebelumnya, yang didapatkan juga mampu di ubah hanya dengan senyuman
dari orang yang kita cintai menjelma sempurna memikat hati, lalu
kemudian semua perlakuan tak senonoh itu terasa tak pernah terjadi.
Setiap kalimat terasa hidup
jika rangkaian kata-katanya menjelma dari bibir indah sang kekasih, maka
tak heran jika ia mampu mengubah setiap kebiasaan, seolah menghipnotis
pendengarnya, maka dalam sekejab langit mendung terasa berawan. Jika
sebelumnya ia seorang yan keras dalam tindakan, maka karena cinta ia
bisa berubah menjadi lembut bagaikan salju di antartika sana. Namun tak
mustahil juga, keadaan berbanding terbalik dari semula; karena cinta
seseorang berubah kasar dan siap mencakar jika cintanya terasa
dikhianati, segala apapun akan dilakukan demi meraih cinta yang
diharapkan, meski dengan mengorbankan orang yang ia cintai tersebut,
sehingga dalam hidupnya terucap satu kalimat : jika aku tak mampu
memilikinya,maka tak akan satu pun yang bisa memilikinya. Memang aneh,
namun itulah kenyataannya. Seperti kata mereka; tanpa mu aku lemah, kau
berikan aku cahaya penguat raga, untuk dirimu kan ku berikan hidup ku,
kau yakin kan aku ini bukanlah mimpi, namun cerita cinta yang benar
adanya.
Perjalanan panjang kisah
cinta yang pernah aku jalani, berliku-liku kisah pilu terus saja
menerpa, namun kini kisah itu berakhir dengan air mata berderai
membasahi pipi, seolah tak percaya dengan kisah yang pernah ia mulai,
namun sejarah telah tercipta sebagai bukti penguat fakta. Berawal dari
sebuah pandangan dalam forum perbekalan mahasiswa baru, hingga akhirnyaa
berkenalan disudut jalan kampus. Lalu, kisah itu dimulai dengan segala
problema yang ada. Keikhlasan dan kesetian diuji untuk kesungguhan
memulai sebuah hubungan sepasang anak manusia.
Waktu terus berlalu, hubungan
itu pun terus berlanjut. Namun kisah itu tak berjalan sesuai dengan
harapan, seperti kebanyakan orang yang pertama mencintai dalam hubungan
yang baru dimulai, sedianya ia harus berjalan dengan kebahagian,
sejatinya tak pernah ada yang dipersalahkan karena seharusnya hubungan
itu adalah jelmaan kebahagiaan, jika tak berlebihan boleh dikatakan
“Dunia milik berdua, dan manusia lainnya adalah penyewa didalamnya”
seolah itu wajib dirasakan dan diucapkan oleh sepasang anak manusia yang
sedang kasmaran.
Tapi apa hendak dikata,
kalimat itu tak pernah benar-benar terwujud dalam hubungan itu, yang
tercipta hanyalah usaha untuk bersabar dengan setiap keadaan, yang
terjadi hanyalah usaha untuk merubah kalimat berapi menjadi salju demi
mempertahankan kelanjutan hubungan yang telah dibina.
Hingga akhirnya semua
terungkap bahwa kisah cinta yang dimulai dahulu hanyalah pelarian dari
keadaan sebelumnya, dengan deraian air mata sang gadis menjelaskan
alasan kenapa iya mau memulai hubungan itu “ aku hanya ingin membalaskan
dendam yang sudah ku pendam bertahun-tahun” kalimat itu yang mengalir
dari dua bibir dan terdengar jelas dikuping ini, “ Namun kini kusadari”
lanjutnya, sementara aku terdiam dalam tanya kalimat apa yang akan
terucap berikutnya, meski gejolak batin ku berubah rasa “ bahwa cinta mu
tulus apa adanya, dan aku ingin memulai hubungan ini dengan
sungguh-sungguh dengan mu, mau kah kamu melanjutkan hubungan ini
setelah tahu yang sebenarnya?” kalimat itu berakhir dengan tetesan air
mata yang menyiratkan ketulusan apa adanya.
“ aku bersedia, karena cinta
yang telah ku tanam akan tetap bersemayam selamanya” spontan kata-kata
itu terucap dari bibir ku, sekejab menjadi hening, tanpa kata, tanpa
suara, hanya deru angin yang berlalu menyela diam. Perjalanan kisah itu
ternyata tak berakhir disitu, waktu demi waktu yang dilalui dihari-hari
berikutnya menuai bencana yang tak kalah menyiksa. Deraian air mata
seolah teman setia dalam perjalanan kisah dari masa ke masa, satu
persatu kebohongan mulai terbongkar setelah kejadian di awal percintaan,
namun aku terus saja berusaha memantapkan diri dengan kesabaran
berhiaskan luka dan kecewa. Terus bertahan dari waktu ke waktu.
Entah karena terlalu lelah
dan frustasi dengan semua permasalahan yang ada, dengan setiap
kebohongan yang telah nyata. Hingga akhirnya rasa itu berada pada titik
nadir, aku bagaikan hilang kesadaran dari tujuan menjalin cinta,
perlahan tapi pasti kepercayaan ku mulai hilang dari nya. Cinta ini pun
sudah tak sama lagi seperti sedia kala, berangsur-angsur rasa ini mulai
terkikis dengan sendirinya. Namun dalam waktu yang bersamaan itu pun ku
merasakan ketulusan cinta darinya, tapi apa hendak dikata “ Garamku
sudah tak asin lagi” begitu juga cinta ini, ia tak lagi menjelma dalam
ketulusan.
Semua itu tak lantas
berakhir, kami masih menjalin kisah rumit itu untuk waktu-waktu
selanjutnya, namun sejengkal demi sejangkal keratakan tak dapat
dihindari, hubungan kami tak berjalan mulus seperti yang diharapkan.
Kisah itu menemui ajalnya, setelah sekian kali berpisah-bersatu, kini ia
benar-benar berakhir. Semua menjadi kenangan semua tinggal pengalaman.
Meski tak ku pungkiri bahwa ada secercah rasa yang tetap tersimpan
hingga kini, namun ia tak mungkin di wujudkan kembali.
Kisah itu sudah usai, dan
kini aku dalam kesendirian menjalani hidup bersama cinta ku untuk waktu
yang entah kapan. Biarkan semua terjadi apa adanya, meski kini ku tahu
kau ingingkan ada kalimat “kembali” untuk cinta kita dahulu, namun itu
sudah tak mungkin dimulai walau hanya sedetik saja. Biarkan pesawat
cinta itu menemui landasan pacunya di Bandara yang lain, walau tak
pernah ada kepastian apakah ia akan menemukannya.
“bila cinta tak lagi bermakna, yang
kurasa kini hanyalah nestapa. Ditinggalkan cinta masa lalu, hingga ku
memilih cinta yang fana”, biarkan cinta ku mejelma bagaikan bait-bait
syair itu, hingga ia menuju kepelabuhan cinta selanjut.
Banda Aceh, 27 Januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar